assalamualaikum wr.wb

Rabu, 24 September 2014

KOTA BANGKALAN

Karapan sapi

karapan sapi merupakan istilah untuk menyebut perlombaan pacuan sapi yang berasal dari Pulau Madura, Jawa Timur. Pada perlombaan ini, sepasang sapi yang menarik semacam kereta dari kayu (tempat joki berdiri dan mengendalikan pasangan sapi tersebut) dipacu dalam lomba adu cepat melawan pasangan-pasangan sapi lain. Trek pacuan tersebut biasanya sekitar 100 meter dan lomba pacuan dapat berlangsung sekitar sepuluh detik sampai satu menit. Beberapa kota di Madura menyelenggarakan karapan sapi pada bulan Agustus dan September setiap tahun, dengan pertandingan final pada akhir September atau Oktober di eks Kota Karesidenan, Pamekasan untuk memperebutkan Piala Bergilir Presiden.
Di bulan November tahun 2013, penyelenggaraan Piala Presiden berganti nama menjadi Piala Gubernur.
Awal mula kerapan sapi dilatar belakangi oleh tanah Madura yang kurang subur untuk lahan pertanian, sebagai gantinya orang-orang Madura mengalihkan matapencahariannya sebagai nelayan untuk daerah pesisir dan beternak sapi yang sekaligus digunakan untuk bertani khususnya dalam membajak sawah atau ladang.
Suatu Ketika seorang ulama bernama Syeh Ahmad Baidawi (Pangeran Katandur) yang memperkenalkan cara bercocok tanam dengan menggunakan sepasang bambu yang dikenal dengan masyarakat madura dengan sebutan "nanggala" atau "salaga" yang ditarik dengan dua ekor sapi. Maksud awal diadakannya Karapan Sapi adalah untuk memperoleh sapi-sapi yang kuat untuk membajak sawah. Orang Madura memelihara sapi dan menggarapnyadisawah-sawah mereka sesegera mungkin. Gagasan ini kemudian menimbulkan adanya tradisi karapan sapi. Karapan sapi segera menjadi kegiatan rutin setiap tahunnya khususnya setelah menjelang musim panen habis. Karapan Sapi didahului dengan mengarak pasangan-pasangan sapi mengelilingi arena pacuan dengan diiringi musik saronen.

Pelaksanaan Kerapan Sapi

Pelaksanaan Karapan Sapi dibagi dalam empat babak, yaitu : babak pertama, seluruh sapi diadu kecepatannya dalam dua pasang untuk memisahkan kelompok menang dan kelompok kalah. Pada babak ini semua sapi yang menang maupun yang kalah dapat bertanding lagi sesuai dengan kelompoknya.
Babak kedua atau babak pemilihan kembali, pasangan sapi pada kelompok menang akan dipertandingkan kembali, demikian sama halnya dengan sapi-sapi di kelompok kalah, dan pada babak ini semua pasangan dari kelompok menang dan kalah tidak boleh bertanding kembali kecuali beberapa pasang sapi yang memempati kemenangan urutan teratas di masing-masing kelompok.
babak Ketiga atau semifinal, pada babak ini masing sapi yang menang pada masing-masing kelompok diadu kembali untuk menentukan tiga pasang sapi pemenang dan tiga sapi dari kelompok kalah. Pada babak keempat atau babak final, diadakan untuk menentukan juara I, II, dan III dari kelompok kalah.

sumber dapat diakses 25 september 2014 pukul 07.00
 http://id.wikipedia.org/wiki/Karapan_sapi


Berburu Nasi Serpang Makanan Khas Bangkalan Madura

Kalau anda ke Madura sempatkan untuk mampir ke kota Bangkalan untuk merasakan nasi serpang. Tak  hanya terkenal popularitas wisata Pantai Camplong. Pulau terdekat dengan Surabaya ini juga memiliki khasanah  kuliner tradisional yang menggoda lidah.  Nasi serpang ini merupakan nasi khas Bangkalan (Madura). Jangan heran jika siang anda tidak bisa menjupai nasi ini, jadi  berburunya harus pagi-pagi. Karena kalau agak siang biasanya sudah habis. Pagi pun kalau membeli harus mengantri, karena rata-rata orang membelinya beberapa bungkus.

Nasi serpang bisa ditemui di beberapa tempat di kawasan pecinan kota Bangkalan.Nasi serpang terdiri dari nasi putih, sayur krecek dan tahu, pepes ikan tongkol, sepotong telur asin, dendeng kering, kerang, peyek udang dan dilengkapi dengan sambal terasi. Biasanya nasi ini dibungkus dengan bungkusan kertas yang dikasih daun pisang di dalamnya. Cara menjualnya pun sederhana, dengan semacam lapak kecil di pinggir jalan, ada yang pakai tenda atau payung.


Yang paling saya suka adalah nasinya yang pulen (punel kalau kata orang Madura atau Jawa Timur). Karena di daerah nasi ini berasal, Desa Sabiyan, Kecamatan Bangkalan masih banyak sawah. Padi atau berasnya dibeli dari petani setempat. Ditambah lagi dengan lauknya yang sangat banyak macamnya, dengan rasa yang khas. Makanan ini cocok untuk sarapan pagi, seperti halnya sarapan nasi uduk untuk orang Jakarta dan sekitarnya.Silahkan ke Kota Bangkalan jika anda tergoda untuk mencicipi nasi serpang tersebut.

sumber dapat diakses pada tanggal 25 september 2014 pukul 07.00

Berburu batik Madura…

Dari empat kabupaten (Bangkalan, Sampang, Pamekasan dan Sumenep) di Madura, sebenarnya semua kabupaten mempunyai pengrajin batik dengan ciri khasnya. Tetapi yang paling intensif dalam pemasaran, dan juga jumlah pengrajin yang cukup banyak ada di dua kabupaten yaitu Bangkalan dan Pamekasan.
Dan, setiap kabupaten mempunyai ciri khas masing-masing. Secara sekilas, batik Bangkalan lebih berwarna gelap dengan pewarnaan alami, desainnyapun cenderung konservatif dan klasik seperti desain lama, corak lebih kasar tetapi detail dan penuh, sedang untuk batik Pamekasan, lebih berani memilih warna-warna yang keluar dari ‘pakem’ seperti orange, hijau menyala, ungu, kuning dan warna pop lainnya. Untuk desain juga, batik Pamekasan lebih berani dan bervariasi dan desainnyapun sangat beragam. Pada batik Pamekasan, biasanya juga diisi dengan ‘serat kayu’ atau istilahnya mo’ ramo’ (akar-akaran) pada bagian yang kosong.
   
Gambar sebelah kiri, batik motif Bangkalan, sebelah kanan, batik motif Pamekasan.
Kalau dibandingkan dengan batik lainnya di nusantara, batik Madura akan kelihatan berbeda. Batik Madura sangat berani dalam warna, kontras dan beradu antar warna, desain tidak monoton dan asimetris, penggambaran desain juga naif dan tidak halus. Desain dan warna Itulah yang menjadikan ciri khas batik Madura yang sekarang ramai diburu.
Harga untuk batik Madura sangat bervariasi, mulai dari kisaran Rp 40 ribuan sampai jutaan, tergantung dari kerumitan desain dan teknik pembatikannya (kalau bahan dapat dipastikan, batik mahal akan memakai bahan yang baik tentunya). Survei ke beberapa tempat penjualan di Bangkalan dan Pamekasan, dengan kisaran harga Rp. 100.000,- kita sudah dapat membawa pulang batik dengan motif dan kwalitas yang bagus untuk dapat kita pakai sehari-hari.


 sumber dapat diakses pada tanggal 25 sepetember 2014 pada pukul 07.15





Tidak ada komentar:

Posting Komentar